Prihatin, Sekolah Diliburkan Pelajar Malah Tawuran

Tawuran antarpelajar di Kecamatan Cipayung, Kota Depok berhasil dicegah oleh Tim Jaguar Polres Metro Depok dalam Patroli Antisipasi Tawuran. Diketahui ada bibit-bibit permusuhan antarpelajar yang setiap saat bisa meledak dan menjadi tidak terkendali. Rupanya, aksi tawuran antarpelajar ini diadakan setiap malam minggu. Tim Jaguar sebelumnya telah menerima laporan dari salah seorang warga setempat bahwa akan ada tawuran di daerah Citayam. Ketika berpatroli pada hari Sabtu, 11 April, pukul 01.00 WIB, tim jaguar melihat beberapa anak muda sedang berkumpul di pinggir jalan dan ada yang berusaha melarikan diri namun tertangkap dan yang satunya lagi berhasil kabur menggunakan motor. Para remaja yang tertangkap pun dipaksa berjongkok dan menjelaskan apa yang sedang terjadi. Mereka memberikan alasan yang berbeda-beda dengan tidak jelas. Para remaja tersebut mengaku masih sekolah dan duduk di tingkat 1 SMK. Mirisnya, ketika sekolah diliburkan untuk mencegah pandemik yang terjadi ...

Yuk, Percaya Diri Mengikuti Berbagai Perlombaan!


Di era global seperti ini, persaingan menjadi salah satu hal yang paling sering dijumpai baik itu di kalangan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik di bidangnya, menjadi pusat perhatian banyak orang dengan latar belakang yang kurang lebih sama. Ingin dicintai dan dihargai banyak orang. Namun, di sisi lain banyak yang menyayangkan jika media sosial berkembang begitu pesat. Banyak dari remaja yang menjadi korban dari serangan atau jahatnya kata-kata orang asing. Hal itu menyebabkan banyak remaja yang merasa tidak percaya diri dan memutuskan untuk menutup diri demi melindunginya dari serangan menyakitkan, khususnya komentar negatif.




Semua orang yang pernah hidup pasti sudah dan akan mengalami hal tersebut, karena itu, mari kenali remaja asal Makassar yang aktif mengikuti banyak ajang perlombaan dengan penuh percaya diri walau pun sempat mendapatkan banyak komentar negatif sejak usianya masih sangat muda. Dari kisahnya, siapa tau kalian yang masih merasa insecure, dapat percaya diri lagi seperti remaja cantik berumur 19 tahun ini!






Sebut saja Meilanie, gadis kelahiran kota Makassar yang bercita-cita menjadi seorang entrepreneur ini merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Selain hobi membaca novel dan mendengarkan musik, ia juga hobi bermain basket, lho. Tidak tanggung-tanggung, ia bahkan menjadi pemain inti tim basket putri kota Makassar. Berawal dari kegiatan ekskulnya yang sering ikut tanding antar SMA, hanya dia yang dipanggil dan lolos menjadi tim basket putri kota Makassar.


Pada saat memasuki SMA, Meilanie mengikuti PASKIBRA. Ia pun terpilih menjadi PASKIBRA PROVINSI Kab. Pangkep karena badannya yang tinggi. Setelah itu, di tahun 2017 ia menjuarai Duta Wisata Kab. Pangkep dengan kategori Intelengensi. Dari sanalah, Meilani mendapatkan banyak tawaran untuk menjadi model. “Sebenarnya aku ikut lomba-lomba gitu awalnya karena nggak betah di sekolah. Kan’ sekolahku boarding, gitu. Jadi, rasanya mau keluar dari sekolah aja dengan alasan ikut lomba. Hahaha,” jawabnya jujur ketika ditanya mengapa begitu aktif mengikuti lomba disambung dengan tawanya ceria.



Selain itu, Meilanie juga mendapatkan juara 1 Putri Muslimah Kab. Pangkep. Awalnya, ia juga bingung kenapa mengikuti perlombaan tersebut karena ia merasa dirinya agak tomboi. “Cuma iseng-iseng ikutan aja. Nggak niat juga karena aku, kan’ kayak cowok gitu, masa ikut yang muslimah? Penasaran aja, sih, karena belum pernah mendapatkan juara 1. Alhamdulillah, aku akhirnya juara 1.” Sejak itu, Meilanie juga ditawarkan ikut syuting. Gadis berwajah putih dengan mata yang agak sipit itu merasa senang karena ini pertama kali orang tuanya ikut datang memberikan dukungan padanya. Ia sudah khawatir apabila tidak menang karena orang tua sudah datang jauh-jauh. “The best part banget pas di situ. Memang support yang pertama itu dari keluarga. Support system banget.”



(Lomba Putri Muslimah Kab. Pangkep)



(Juara 1 Putri Muslimah Kab. Pangkep)



Di suatu kesempatan, Meilanie kembali mengikuti perlombaan Putri Pariwisata Sulawesi Selatan 2019 mewakili Kab. Pangkep dan mendapatkan kategori Putri Persahabatan. Meilanie pun sempat tidak ingin mengikuti lomba-lomba lagi karena banyak orang yang main curang bahkan di ajang tertinggi sekali pun. Ia merasa persaingan tidak adil karena yang membayarlah yang akan menang.



(Putri Pariwisata Sulawesi Selatan, Kab. Pangkep)



Setelah vakum agak lama, tawaran kembali datang. Kini perlombaan Duta Anti Narkoba Sulawesi Selatan 2019, ia sempat menolak karena dari perlombaan yang selama ini ia ikuti, perlombaan inilah yang paling nyebrang dari jalur bidangnya. Saingannya pun anak-anak hukum, kedokteran, pelayaran, dan yang lainnya. “Pas lihat proposalnya, ‘wah, hadiahnya lumayan banget.’ Kata aku gitu. Akhirnya, jadi ikut, deh, karena terbayang-bayang sama hadiahnya. Hahaha,” seperti yang diucapkannya, ia mengincar hadiah untuk juara pertama yaitu uang tunai senilai Rp10.000.000,00. Untuk seusianya, lumayan banget untuk ditabung dan dipakai jalan-jalan, kan?








(Duta Anti Narkoba Sulawesi Selatan 2019)



Sayangnya, pada saat orasi menggunakan empat bahasa, Meilanie lupa dengan satu kalimat dan sempat nge-blank. Sebab itu, bukanlah juara pertama seperti yang diharapkan, melainkan mendapatkan juara lima, kategori Intelegensi. Seperti yang tertera dalam foto di bawah ini, ia dipasangkan dengan salah seorang siswa SMA yang juga menjadi perwakilan kab. Pangkep. 




(Mendapatkan Juara ke-5, Kategori Intelegensi)




Tentunya, dalam perlombaan tidaklah asing dengan komentar negatif yang mau tidak mau harus diterima oleh para peserta. Meilanie menanggapi hal itu dengan santai, “suka ada yang bilang kayak gini, ‘lo menang karena cantik doang.’ Aduh, hello guys, gue menang juga karena mengandalkan otak gue. Ya, memang, sih, jual muka. Tapi, nggak mungkin kalau nggak pakai otak juga langsung lolos dan juara begitu aja. Realistis aja, lah. Gue juga sering kayak gitu ke orang lain, jadi, ya udah diemin aja.” Jawab Meilanie. “Gue ada otak dan suka ngomong di depan banyak orang. Ambil positifnya aja, nggak cuma jual tampang. Gue ikut lomba karena gue anggap diri gue bisa.” Jawabnya percaya diri.


Dari semua lomba yang pernah diikutinya, Meilanie membenarkan bahwa jilbab itu menjadi halangan karena ia menyaksikan dan mengalaminya sendiri, bahwa adanya diskriminasi terhadap wanita yang menggunakan jilbab. Ia bahkan mengaku pernah diminta memilih jilbab dan dikeluarkan dari tim atau melepas jilbab dan dimasukkan ke dalam tim yang bagus. Meilanie pun menolak. Nyatanya, ia tetap dimasukkan ke dalam tim dan menjadi satu-satunya yang menggunakan jilbab. Yang menarik adalah, tim yang akan mengikuti lomba pada tahun ini diwajibkan menggunakan kerudung.


Bahkan ketika mengikuti salah satu perlombaan, ada seseorang yang berkomentar, “hei, kalian yang pakai kerudug, ini bukan putri muslimah, ya. Jangan harap kalian menang.” Karena itulah Meilanie berharap semoga yang mendapatkan juara pertama adalah yang memakai kerudung. “Akhirnya, yang menang juara satu adalah yang pakai jilbab. Puas banget walau pun bukan aku yang menang.”


Guys, jilbab bukanlah alasan yang menghambat lo maju. Jilbab bukan batasan segalanya.”


Dari semua pengalaman yang didapatkannya, ia memperoleh pengetahuan dan ilmu bukan hanya dari karantina saja melainkan juga dari teman-teman yang sering sharing tentang berbagai macam hal. Selain menambah ruang lingkup pertemanannya, ia juga mengaku jadi lebih mengerti dengan segala jenis karakter seseorang. “Kalau ikut duta-duta gitu, banyak yang ganteng, pintar-pintar juga, kadang-kadang suka cinlok. Mungkin karena aku orang yang seneng ngobrol. Hahaha,”


Ditanya mengenai sisi negatif dari sebuah perlombaan, Meilanie dengan tegas menjawab. “Yang aku nggak suka dari mengikuti perlombaan itu, ada banyak orang-orang yang menggunakan kekuasaan dan uangnya agar mendapatkan juara. Itu nggak adil banget dan sempat buat aku vakum juga walau pun nggak lama.”


Pesan Meilanie kepada remaja yang kurang percaya diri yaitu, “jangan berpikir negatif. Berbuat sesuka lo aja. Anggap dunia ini milik lo. Jangan malu dengan orang baru. Kita bukan peramal yang bisa tau orang itu akan ngomongin kita di belakang atau enggak. Kalau terus berpikiran negatif, yang ada bakal makin insecure. Bawa santai dan seenak mungkin biar orang lain first impression ke lo-nya bagus. Kalau lo menilai diri lo sebagai orang yang negatif, orang lain pun akan berpikir demikian. Begitu juga sebaliknya. Kalau kita sendiri bilang kita nggak mampu, bagaimana orang lain mau percaya kalau kita mampu?”


Nah, bagi kalian yang sudah mengikuti berbagai macam lomba tetapi nggak menang, jangan pernah patah semangat. Jika semua sudah dikerahkan, baik itu usaha, mau pun doa tetapi tetap saja tidak mendapatkan juara, janganlah dipaksakan. Kenali dan pahami passion kalian yang sebenarnya. Jangan pernah mengikuti tren. Lebih baik dalami bakat sendiri dan mengasahnya secara total. Jika mengikuti lomba karena suka, pasti akan semangat dan senang menjalaninya. Juara atau tidak itu menjadi urusan belakangan. Mengikuti lomba pada dasarnya memang untuk dinikmati prosesnya.


“Dahulukan yang menjadi prioritas apakah bakat atau sekolah. Sebenarnya, kewajiban itu sekolah tetapi sekolah juga nggak ada hak untuk melarang kamu berkarya. Bahkan, sekolah kamu juga akan bangga dengan prestasi yang didapatkan anak muridnya. Jadi, menurutku nggak ada salahnya untuk aktif mengikuti lomba.” –Meilanie, Duta Anti Narkoba Sulsel 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Memiliki Kepercayaan itu Penting?