Di era global seperti ini, persaingan menjadi salah satu hal yang paling
sering dijumpai baik itu di kalangan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik di bidangnya, menjadi pusat
perhatian banyak orang dengan latar belakang yang kurang lebih sama. Ingin
dicintai dan dihargai banyak orang. Namun, di sisi lain banyak yang
menyayangkan jika media sosial berkembang begitu pesat. Banyak dari remaja yang
menjadi korban dari serangan atau jahatnya kata-kata orang asing. Hal itu
menyebabkan banyak remaja yang merasa tidak percaya diri dan memutuskan untuk
menutup diri demi melindunginya dari serangan menyakitkan, khususnya komentar
negatif.
Semua orang yang pernah hidup
pasti sudah dan akan mengalami hal tersebut, karena itu, mari kenali remaja
asal Makassar yang aktif mengikuti banyak ajang perlombaan dengan penuh percaya
diri walau pun sempat mendapatkan banyak komentar negatif sejak usianya masih
sangat muda. Dari kisahnya, siapa tau kalian yang masih merasa insecure, dapat percaya diri lagi seperti
remaja cantik berumur 19 tahun ini!
Sebut saja Meilanie,
gadis kelahiran kota Makassar yang bercita-cita menjadi seorang entrepreneur ini merupakan anak kelima
dari enam bersaudara. Selain hobi membaca novel dan mendengarkan musik, ia juga
hobi bermain basket, lho. Tidak tanggung-tanggung, ia bahkan menjadi pemain
inti tim basket putri kota Makassar. Berawal dari kegiatan ekskulnya yang
sering ikut tanding antar SMA, hanya dia yang dipanggil dan lolos menjadi tim
basket putri kota Makassar.
Pada saat
memasuki SMA, Meilanie mengikuti PASKIBRA. Ia pun terpilih menjadi PASKIBRA
PROVINSI Kab. Pangkep karena badannya yang tinggi. Setelah itu, di tahun 2017
ia menjuarai Duta Wisata Kab. Pangkep dengan kategori Intelengensi. Dari
sanalah, Meilani mendapatkan banyak tawaran untuk menjadi model. “Sebenarnya
aku ikut lomba-lomba gitu awalnya karena nggak betah di sekolah. Kan’ sekolahku
boarding, gitu. Jadi, rasanya mau
keluar dari sekolah aja dengan alasan ikut lomba. Hahaha,” jawabnya jujur ketika
ditanya mengapa begitu aktif mengikuti lomba disambung dengan tawanya ceria.
Selain itu,
Meilanie juga mendapatkan juara 1 Putri Muslimah Kab. Pangkep. Awalnya, ia juga
bingung kenapa mengikuti perlombaan tersebut karena ia merasa dirinya agak
tomboi. “Cuma iseng-iseng ikutan aja. Nggak niat juga karena aku, kan’ kayak
cowok gitu, masa ikut yang muslimah? Penasaran aja, sih, karena belum pernah
mendapatkan juara 1. Alhamdulillah, aku akhirnya juara 1.” Sejak itu, Meilanie juga
ditawarkan ikut syuting. Gadis berwajah putih dengan mata yang agak sipit itu
merasa senang karena ini pertama kali orang tuanya ikut datang memberikan
dukungan padanya. Ia sudah khawatir apabila tidak menang karena orang tua sudah
datang jauh-jauh. “The best part
banget pas di situ. Memang support yang pertama itu dari keluarga. Support system banget.”
(Lomba Putri Muslimah Kab. Pangkep)
(Juara 1 Putri Muslimah Kab. Pangkep)
Di suatu
kesempatan, Meilanie kembali mengikuti perlombaan Putri Pariwisata Sulawesi
Selatan 2019 mewakili Kab. Pangkep dan mendapatkan kategori Putri Persahabatan.
Meilanie pun sempat tidak ingin mengikuti lomba-lomba lagi karena banyak orang
yang main curang bahkan di ajang tertinggi sekali pun. Ia merasa persaingan
tidak adil karena yang membayarlah yang akan menang.
(Putri Pariwisata Sulawesi Selatan, Kab. Pangkep)
Setelah vakum
agak lama, tawaran kembali datang. Kini perlombaan Duta Anti Narkoba Sulawesi
Selatan 2019, ia sempat menolak karena dari perlombaan yang selama ini ia
ikuti, perlombaan inilah yang paling nyebrang
dari jalur bidangnya. Saingannya pun anak-anak hukum, kedokteran, pelayaran,
dan yang lainnya. “Pas lihat proposalnya, ‘wah, hadiahnya lumayan banget.’ Kata
aku gitu. Akhirnya, jadi ikut, deh, karena terbayang-bayang sama hadiahnya.
Hahaha,” seperti yang diucapkannya, ia mengincar hadiah untuk juara pertama
yaitu uang tunai senilai Rp10.000.000,00. Untuk seusianya, lumayan banget untuk
ditabung dan dipakai jalan-jalan, kan?
(Duta Anti Narkoba Sulawesi Selatan 2019)
Sayangnya,
pada saat orasi menggunakan empat bahasa, Meilanie lupa dengan satu kalimat dan
sempat nge-blank. Sebab itu, bukanlah
juara pertama seperti yang diharapkan, melainkan mendapatkan juara lima, kategori
Intelegensi. Seperti yang tertera dalam foto di bawah ini, ia dipasangkan dengan
salah seorang siswa SMA yang juga menjadi perwakilan kab. Pangkep.
(Mendapatkan Juara ke-5, Kategori Intelegensi)
Tentunya,
dalam perlombaan tidaklah asing dengan komentar negatif yang mau tidak mau
harus diterima oleh para peserta. Meilanie menanggapi hal itu dengan santai, “suka
ada yang bilang kayak gini, ‘lo menang karena cantik doang.’ Aduh, hello guys, gue menang juga karena
mengandalkan otak gue. Ya, memang, sih, jual muka. Tapi, nggak mungkin kalau
nggak pakai otak juga langsung lolos dan juara begitu aja. Realistis aja, lah.
Gue juga sering kayak gitu ke orang lain, jadi, ya udah diemin aja.” Jawab
Meilanie. “Gue ada otak dan suka ngomong di depan banyak orang. Ambil
positifnya aja, nggak cuma jual tampang. Gue ikut lomba karena gue anggap diri
gue bisa.” Jawabnya percaya diri.
Dari semua
lomba yang pernah diikutinya, Meilanie membenarkan bahwa jilbab itu menjadi
halangan karena ia menyaksikan dan mengalaminya sendiri, bahwa adanya
diskriminasi terhadap wanita yang menggunakan jilbab. Ia bahkan mengaku pernah
diminta memilih jilbab dan dikeluarkan dari tim atau melepas jilbab dan
dimasukkan ke dalam tim yang bagus. Meilanie pun menolak. Nyatanya, ia tetap
dimasukkan ke dalam tim dan menjadi satu-satunya yang menggunakan jilbab. Yang
menarik adalah, tim yang akan mengikuti lomba pada tahun ini diwajibkan
menggunakan kerudung.
Bahkan ketika
mengikuti salah satu perlombaan, ada seseorang yang berkomentar, “hei, kalian
yang pakai kerudug, ini bukan putri muslimah, ya. Jangan harap kalian menang.” Karena
itulah Meilanie berharap semoga yang mendapatkan juara pertama adalah yang
memakai kerudung. “Akhirnya, yang menang juara satu adalah yang pakai jilbab.
Puas banget walau pun bukan aku yang menang.”
“Guys, jilbab bukanlah alasan yang
menghambat lo maju. Jilbab bukan batasan segalanya.”
Dari semua
pengalaman yang didapatkannya, ia memperoleh pengetahuan dan ilmu bukan hanya
dari karantina saja melainkan juga dari teman-teman yang sering sharing tentang berbagai macam hal.
Selain menambah ruang lingkup pertemanannya, ia juga mengaku jadi lebih
mengerti dengan segala jenis karakter seseorang. “Kalau ikut duta-duta gitu,
banyak yang ganteng, pintar-pintar juga, kadang-kadang suka cinlok. Mungkin karena aku orang yang
seneng ngobrol. Hahaha,”
Ditanya
mengenai sisi negatif dari sebuah perlombaan, Meilanie dengan tegas menjawab.
“Yang aku nggak suka dari mengikuti perlombaan itu, ada banyak orang-orang yang
menggunakan kekuasaan dan uangnya agar mendapatkan juara. Itu nggak adil banget
dan sempat buat aku vakum juga walau pun nggak lama.”
Pesan Meilanie
kepada remaja yang kurang percaya diri yaitu, “jangan berpikir negatif. Berbuat
sesuka lo aja. Anggap dunia ini milik lo. Jangan malu dengan orang baru. Kita
bukan peramal yang bisa tau orang itu akan ngomongin kita di belakang atau
enggak. Kalau terus berpikiran negatif, yang ada bakal makin insecure. Bawa santai dan seenak mungkin
biar orang lain first impression ke
lo-nya bagus. Kalau lo menilai diri lo sebagai orang yang negatif, orang lain
pun akan berpikir demikian. Begitu juga sebaliknya. Kalau kita sendiri bilang kita
nggak mampu, bagaimana orang lain mau percaya kalau kita mampu?”
Nah, bagi
kalian yang sudah mengikuti berbagai macam lomba tetapi nggak menang, jangan
pernah patah semangat. Jika semua sudah dikerahkan, baik itu usaha, mau pun doa
tetapi tetap saja tidak mendapatkan juara, janganlah dipaksakan. Kenali dan
pahami passion kalian yang sebenarnya.
Jangan pernah mengikuti tren. Lebih baik dalami bakat sendiri dan mengasahnya
secara total. Jika mengikuti lomba karena suka, pasti akan semangat dan senang
menjalaninya. Juara atau tidak itu menjadi urusan belakangan. Mengikuti lomba
pada dasarnya memang untuk dinikmati prosesnya.
“Dahulukan
yang menjadi prioritas apakah bakat atau sekolah. Sebenarnya, kewajiban itu
sekolah tetapi sekolah juga nggak ada hak untuk melarang kamu berkarya. Bahkan,
sekolah kamu juga akan bangga dengan prestasi yang didapatkan anak muridnya.
Jadi, menurutku nggak ada salahnya untuk aktif mengikuti lomba.” –Meilanie,
Duta Anti Narkoba Sulsel 2019
Komentar
Posting Komentar