Prihatin, Sekolah Diliburkan Pelajar Malah Tawuran

Tawuran antarpelajar di Kecamatan Cipayung, Kota Depok berhasil dicegah oleh Tim Jaguar Polres Metro Depok dalam Patroli Antisipasi Tawuran. Diketahui ada bibit-bibit permusuhan antarpelajar yang setiap saat bisa meledak dan menjadi tidak terkendali. Rupanya, aksi tawuran antarpelajar ini diadakan setiap malam minggu. Tim Jaguar sebelumnya telah menerima laporan dari salah seorang warga setempat bahwa akan ada tawuran di daerah Citayam. Ketika berpatroli pada hari Sabtu, 11 April, pukul 01.00 WIB, tim jaguar melihat beberapa anak muda sedang berkumpul di pinggir jalan dan ada yang berusaha melarikan diri namun tertangkap dan yang satunya lagi berhasil kabur menggunakan motor. Para remaja yang tertangkap pun dipaksa berjongkok dan menjelaskan apa yang sedang terjadi. Mereka memberikan alasan yang berbeda-beda dengan tidak jelas. Para remaja tersebut mengaku masih sekolah dan duduk di tingkat 1 SMK. Mirisnya, ketika sekolah diliburkan untuk mencegah pandemik yang terjadi ...

COVID-19 Dikonfirmasi Positif di Indonesia, Bimbang Ke Big Bad Wolf 2020


Aku tidak akan banyak membahas tentang Virus Corona atau COVID-19 yang kini menjadi pusat perhatian bukan hanya di negeri kita tercinta, Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Sejak Pak Presiden, Joko Widodo memberitahukan secara resmi bahwa ada WNI yang terjangkit COVID-19, hampir seluruh masyarakat menjadi panik dan suasana agak sedikit runyam. Menyebarnya berita hoax tentang pusat penyebaran virus, beredarnya informasi pribadi WNI yang pertama kali terjangkit, penimbunan masker, panic buying, dan segala macam yang membuat negeri kita cukup kewalahan.


               Hal itu tentu saja juga dialami olehku sebagai WNI yang tinggal di titik terdekat domisili WNI yang positif corona, kota Depok, Jawa Barat, yang kini sudah berada di posisi siaga satu. Satu minggu sebelum Pak Jokowi mengumumkan virus tersebut, aku melihat penayangan iklan mengenai diskon untuk buku-buku terpilih jika terdaftar sebagai anggota Wolf Pack. Kesempatan itu tentu saja tidak akan kulewati. Aku pun mendaftarkan diri sebagai member dengan tujuan buku diskon. Bukan itu saja, jika sudah menjadi mendaftarkan diri, member dapat datang sehari lebih awal sebelum dibuka untuk umum. Menggiurkan sekali, bukan? Kita tidak perlu berdesak-desakan mengingat tahun kemarin yang datang sangat banyak.


               Persyaratannya pun mudah, jika sudah terdaftar sebagai member Wolf Pack, kamu tinggal klaim Preview Pass dengan mengakses link yang tercantum pada iklan tersebut. Big Bad Wolf sendiri diselenggarakan pada tanggal 6-16 Maret 2020 di ICE BSD, tepatnya di HALL 6-10 dengan waktu 24 jam Non-Stop. Untuk masuk gedung, gratis, ya, teman-teman. Kalau beli buku, wajib, kudu, harus bayar. Maka dari itu, diskon menjadi incaran para penikmat buku, khususnya aku sebagai Mahasiswa Jurusan Penerbitan.


               Pengambilan Tiket Preview Pass dapat dilakukan sebelum acara Preview Pass pada tanggal 2-3 Maret 2020, pukul 09.00 – 19.00 WIB di Tiket Box 1 – Hall 7, ICE BSD. Jika berhalangan hadir di kedua hari itu, bisa juga dilakukan pada saat Preview Day yaitu tanggal 5 Maret 2020, pukul 07.30 – 22.00 WIB di tempat yang sama di hari-hari sebelumnya. Jangan lupa juga untuk membaca syarat dan ketentuan yang dikirim oleh Big Bad Wolf melalui akun emailnya. Penukaran tiket ini berlaku untuk dua orang dewasa dan diperbolehkan membawa anak usia < 12 tahun dengan satu kali penukaran, caranya mudah banget, cukup menunjukkan email yang didapatkan dari Big Bad Wolf beserta kartu identitas asli, dan jangan lupa bahwa tiket ini hanya bisa digunakan pada saat Preview Day.


               Setelah mengajak beberapa teman yang sekiranya tertarik dengan pameran buku setahun sekali ini, aku memantapkan hati untuk pergi bersama teman-teman ke ICE BSD sepulang kuliah. Sayangnya, rencana yang sudah kubuat dengan mulus hancur begitu saja karena tugas kuliah yang tiba-tiba menumpuk, maklum saja, minggu depan adalah pekan UTS. Aku pun gagal untuk mendapatkan Tiket Preview Pass demi mengerjakan tugas kuliah dan menyelesaikannya tepat waktu. Toh, masih ada hari lain untuk mengunjungi Big Bad Wolf karena jangka waktu acara yang lumayan panjang.


               Keesokan harinya, kabar bahwa WNI di Indonesia positif terjangkit virus COVID-19 membuatku agak sedikit goyah. Bayangkan saja, Bid Bad Wolf merupakan pameran buku yang sangat besar, banyak sekali orang yang datang ke sana, belum lagi transportasi umum yang selalu dipenuhi orang-orang. Namun, aku berusaha untuk tetap santai dan tidak panik. Untungnya, ada Angel, sepupuku yang kebetulan juga sangat menyukai buku. Ia mengajakku pergi ke pameran tersebut menggunakan mobil pribadinya. Aku segera mengiyakan dan kami langsung pergi keesokan harinya.


Alasanku untuk tetap pergi ke Big Bad Wolf walau pun jumlah WNI dan WNA di Indonesia yang terdeteksi positif COVID-19 semakin banyak adalah, selain karena aku menginginkan buku-buku dengan harga miring, buku untuk referensi karya novelku, aku juga mempertimbangkan Virus COVID-19 yang setiap harinya menunjukkan tingkat yang signifikan. Kalau bukan hari ini, besok, atau besoknya lagi, virus ini akan cepat sekali menyebar apa lagi mengingat negara kita, Indonesia, khususnya Jakarta dan sekitarnya yang merupakan kota dengan padat penduduk. Jadi, lebih baik untuk pergi secepat mungkin sebelum virus ini semakin luas dan resiko untuk tetap pergi semakin tinggi.


Kami berangkat dari Kalibata pukul 11.00 WIB, jalan raya menuju tol saat itu padat merayap oleh kendaraan. Mungkin karena hari ini adalah hari weekend, semua orang menyempatkan diri untuk pergi keluar rumah mengganti suasana. Dalam perjalanan ke ICE BSD, kami membicarakan tentang COVID-19 yang pada saat itu telah menjangkit sebanyak 27 orang padahal baru dua sampai tiga hari sejak Presiden Jokowi mengumumkan WNI pertama yang terjangkit. Di sela-sela pembicaraan, kami mengingat bahwa di antara kami tidak ada yang membawa handsanitizer, masker, untuk pencegahan terjadinya virus. Kami pun berdoa dan berharap bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan melindungi kami.






Pada akhirnya, sampailah kami di tempat tujuan, ICE BSD, pukul 12.30 WIB. Gedung besar itu dikunjungi oleh banyak orang, lumayan ramai namun tidak seramai tahun kemarin. Setelah pengecekan tas dan barang yang ada di dalamnya, kami disambut oleh stand-stand yang berjejer sepanjang hall menuju lokasi pameran Big Bad Wolf, di antaranya ada stand mainan anak-anak, berbagai macam kebutuhan sekolah dimulai dari tas, meja belajar, dan alat tulis. Ada pula stand-stand kosmetik, menawarkan perjalanan umroh, sampai perlengkapan bayi. Bukan itu saja, ada juga stand yang memperlihatkan beberapa lukisan, entah hanya untuk dipamerkan atau diperjualbelikan.






Kami pun sempat berfoto di depan tulisan Big Bad Wolf Book Sale di pintu masuk. Setelah itu, petugas keamanan mendekatkan sesuatu ke hadapan wajah para pengunjung yang akan masuk ke dalam, lebih tepatnya ke arah jidat, mungkin itu adalah suatu alat untuk mendeteksi suhu tubuh atau semacamnya, bisa jadi itu merupakan sebuah alat pendeteksi tanda-tanda adanya Virus COVID-19. Aku mengaku terkejut karena petugas tiba-tiba mendekat tanpa aba-aba, untungnya tidak sampai beraksi berlebihan seperti berteriak minta tolong apalagi pingsan. Nggak banget.






“Ayo, Kak, ini keranjangnya biar bisa borong buku-bukunya.” Sambut salah satu staf Big Bad Wolf ketika aku baru saja menginjakkan kaki di dalam ruangan. Aku pun mengambil satu keranjang yang ia sediakan seraya mengucapkan terima kasih. Mataku mengamati ruangan yang besarnya mungkin lima kali lipat dari lapangan sepak bola SMA-ku dulu, penuh dengan tumpukan buku dari dalam mau pun luar negeri dengan berbagai macam jenis, dan genre yang membuat pengunjung mempunyai banyak pilihan. Bukan hanya orang dewasa saja, melainkan banyak anak kecil didampingi orang tua mereka dengan antusiasnya memilih buku khusus untuk anak-anak.







Kami pun larut dalam dunia masing-masing, memilah buku yang pas dan sesuai dengan gaya kami. Aku memutuskan untuk melihat tumpukan novel berbahasa Indonesia, mencari genre yang sedang aku pelajari dan geluti, sambil berharap bahwa novel yang nantinya akan kupilih dapat menjadi referensi yang pas untuk karya garapanku saat ini. Berakhirlah aku dengan enam buku di tangan. Sayangnya, buku yang kuincar tidak tersedia di sini atau mungkin aku tidak terlalu teliti dalam melihatnya. Maklum saja, bukunya sangat banyak dan ruangan ini begitu luas, agak sedikit tidak mungkin bagiku mencari ke seluruh penjuru. 






Tanpa berlama-lama lagi, kami segera ke kasir untuk menhindari kemacetan panjang yang biasa terjadi selama proses pembayaran. Setelah membayar buku tersebut, kami kembali ke stand yang tadi menarik perhatian Angel, ia membeli mainan anak-anak berupa alat peniup gelembung. Lucu sekali melihat tingkahnya yang kegirangan setelah membeli mainan tersebut. Kami pun pulang dengan perasaan lega setelah berhasil membeli buku-buku yang kami inginkan di tengah maraknya penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. Bahkan ketika aku menulis artikel ini, WNI yang terjangkit sudah lebih dari 100 orang dan telah tersebar ke seluruh Indonesia, terutama kawasan JABODETABEK.


Tentu saja semua orang berharap agar virus ini dapat segera dihentikan penyebarannya. Dan, sebagai warga negara, aku mengharapkan pemerintah dapat melakukan yang terbaik untuk masyarakat. Penting juga bagi setiap orang untuk menjaga diri, mengkarantina diri sendiri untuk tetap di rumah demi diri sendiri dan orang lain, hindari kontak fisik, kerumunan orang, tempat umum, transportasi umum dan hal-hal lain yang berpotensi untuk menyebarkan virus. Bayangkanlah jika diri sendiri telah positif terjangkit virus COVID-19, hentikan penyebaran dengan cara berdiam diri di rumah, jangan keluar dan menyebarkannya pada orang lain. Baik, jika kamu adalah remaja yang sehat, virus dapat dengan mudah mati di kamu, tetapi apabila keluar rumah dan tidak sengaja menyebarkannya pada orang lain yang lanjut usia, dan peluang sembuh tentu saja lebih sedikit dibandingkan remaja yang sehat. Taati dan lakukanlah anjuran yang tengah beredar dan disebarluaskan di berita mau pun sosial media. Indonesia mampu, Indonesia bisa, dan Indonesia pasti dapat melewatinya bersama-sama jika semuanya bekerja sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk, Percaya Diri Mengikuti Berbagai Perlombaan!

Apakah Memiliki Kepercayaan itu Penting?