Berhasil ditemui sebelum acara Bedah Buku
dan Meet and Greet-nya di Cibinong City Mall, pada hari Sabtu, 29 Februari 2020
kami mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai seorang narasumber, Wildan
Alamsyah yang baru saja menerbitkan buku perdananya yang berhasil menjadi buku
best seller.
Selagi
menunggu narasumber datang ke tempat acara, kami menghabiskan waktu untuk
melihat-lihat lokasi acara yang tepatnya berada di atrium, panggung utama,
Cibinong City Mall. Tidak sulit untuk menemukan tempat tersebut, selain karena
berada di dekat lobby utama, banyaknya penggemar yang sudah mengantri sejak
siang hari membuat kami yakin bahwa acara akan diadakan di sana. Sebelum acara
dimulai, penggemar diharap mengantri untuk registrasi kembali setelah melakukan
pendaftara online, tidak lupa untuk membawa dan menunjukkan buku Pemimpi(n)
kepada Tim Penerbit selaku penyelenggara acara.
Jauh sebelum
acara dimulai, penggemar sudah duduk manis di depan panggung, banyak di antara
mereka membawa hadiah seperti makanan, kado-kado beragam ukuran dan warna yang
cantik, juga buket bunga. Sweet banget,
ya, penggemar yang datang ke acara Bedah Buku dan Meet and Greet ini!
Atrium pun
semakin penuh dan ramai dengan para penggemar yang ingin melihat Wildan secara
langsung. Di sela-sela waktu yang ada, kami masih sempat untuk jajan di lantai
dua, kemudian kembali ke atrium untuk berdiskusi dengan salah satu editor yang
sebelumnya sudah mengonfirmasi bahwa Wildan siap untuk diwawancara. Kami pun
diberitahu bahwa Wildan Alamsyah telah sampai dan kini berada di ruangan
khusus. Dikarenakan waktu yang tersisa tinggalah setengah jam sebelum acara
dimulai, kami terburu-buru ke ruangan tersebut yang dijaga oleh beberapa
petugas keamanan.

Walau pun
sudah sering ke Cibinong City Mall, jujur saja, ruangan ini tidak pernah kami
singgahi. Bisa dibilang, ini merupakan ruangan khusus yang tidak akan terjamah
oleh sembarangan orang, hanya orang-orang dengan kepentingan tertentulah yang
diperbolehkan masuk ke dalam ruangan ini. Dan, tentu saja kami merasa bangga
bisa mencapai ruangan ini dengan kedua kaki kami sendiri. Sampai di ruangan,
kami masih disuruh untuk menunggu karena ternyata bukan hanya kami saja yang
memiliki perjanjian wawancara dengan Wildan Alamsyah.
Setelah
memperkenalkan diri dan bersalaman dengan narasumber, kami tidak membuang waktu
dan langsung melakukan wawancara. Remaja laki-laki yang lahir pada tanggal 2
april 1999 ini mengungkapkan bahwa sejak kecil ia merasa mempunyai basic menulis cerita. Hal-hal yang
ditulisnya tidak lain dari hal-hal yang sederhana, seperti keseharian, diari, walau
pun tidak secara rutin. Wildan Alamsyah yang kerap dipanggil Wildan ini terbiasa
menulis ketika ada momen penting dalam hidupnya. Dengan mantap, ia menulis
untuk berjaga-jaga dikala masa depan mungkin akan membutuhkan itu. “Siapa tahu
nanti aku bisa jadi penulis.” Jawabnya sambil menyengir memperlihatkan deretan
giginya yang putih.

Wildan yang
akan menginjak usia 21 tahun tentu saja masih terbilang sangat muda. Di umurnya
yang sekarang ini, ia telah menjadi inspirasi bagi para remaja untuk menjadi
orang yang sukses dalam bidang apa pun itu. Ditanya mengenai kesuksesannya,
Wildan menjawab pasti. “Nggak punya patokan untuk kerja apa pun. Aku nggak ingin
jadi apa-apa, lah, pokoknya yang menurutku bisa, ya, kenapa nggak dilakuin
kayak cameramen, ngedit video, ngedit
foto.”
Loveable
Redaksi, penerbit dari buku Pemimpi(n) adalah yang pertama kali menyarankan Wildan
untuk membuat buku dan secara kebetulan juga, ia sendiri ingin membuat buku dan
ingin kisahnya dibaca oleh banyak orang. “Walau pun menurutku, kisahnya biasa
aja, sih.” sambungnya sambil tertawa.
Wildan yang
diketahui gemar mendaki gunung memilih pelosok-pelosok negeri, alam bebas, yang
menurutnya adalah tempat yang sangat tepat untuk mendapatkan inspirasi untuk
menulis, dan membuat konten baru. Maka dari itu, ketika melakukan perjalanan ke
mana pun itu yang tujuannya sendiri belum tentu jelas, asalkan tempatnya membuat
ia tenang dan nyaman, Wildan mengaku selalu berhasil mendapatkan inspirasi.
Dalam meraih
kesuksesannya yang ia terima selama ini, Wildan menganggap bahwa Tuhan,
keluarga dan Ria Ricis yang menjadi peran penting untuk dirinya. Menurutnya,
Ria Ricis yang memperkenalkan Wildan kepada dunia, Ria Ricis yang membawanya ke
dalam bidang yang ternyata membuat Wildan nyaman tanpa ia sendiri mengetahuinya,
Ria Ricis-lah yang mengajak Wildan untuk terjun hingga terkenal dan sukses
seperti sekarang.
“Sebenarnya
dari dulu nggak ingin terkenal, karena bagiku dikenal orang adalah suatu tanggung
jawab yang sangat besar. Apa lagi ketika sudah dikenal, ada di mana sikap-sikap
kita yang harus dibatasi. Makanya sampai sekarang, aku nggak menerima panggilan
TV.” Jawabnya mengenai ketenarannya dalam dunia yang saat ini ia geluti.
Mendengar jawaban tersebut, kami mengangguk menyetujuinya. Terkenal bukanlah
sesuatu yang dapat dibanggakan. Untuk apa terkenal jika tidak bisa bertanggung
jawab dengan apa yang dilakukan di mana perlakuan tersebut dilihat oleh banyak
orang yang dapat dengan bebas menanggapi, berkomentar, bahkan mungkin akan
membenci hal tersebut.
Bukan hanya
seorang penulis dan video editor, ia
juga mengembangkan kariernya di bidang bisnis. Berbicara mengenai bisnis, kiat
yang pertama dibagikan dari Wildan kepada teman-teman yang ingin memulai bisnis
adalah yakin kalau bisnis tersebut akan sukses. Kegagalan menurutnya adalah hal
yang wajar karena kalau tidak ada kegagalan, tidak akan ada kesuksesan. Lalu
yang kedua, teman-teman yang ingin memulai bisnis haruslah bersikap jujur, dan
terakhir, harus transparan.
Di luar sana,
banyak orang-orang berbisnis dengan mempekerjakan orang lain sebagai pegawai
tetapi mereka tidak transparan kepada pegawainya. Hal itu merupakan sesuatu
yang tidak etis, fatal, dan sama sekali tidak diperbolehkan dalam berbisnis. “Misalnya
bisnis kaos, tetapi mengambil gambar orang lain. Itu nggak boleh. Kalau aku, ambil
orang khusus desainer, bayar dia dan dia akan menggambar sesuai keinginanku.” Jawabnya mengenai cara yang ia terapkan di
balik kesuksesan bisnisnya.
Akhirnya
sampai pada puncak wawancara kami, yaitu pertanyaan mengenai apa saja pesan
dari Wildan sebagai sosok yang saat ini banyak dikagumi kaum milenial. Apakah
ada pesan tertentu kepada mereka yang sedang berusaha untuk menggapai cita-cita
dan impian mereka. Ia mengangguk sebelum menjawab, “jangan terlalu tinggi untuk
bercita-cita tetapi tinggilah untuk bermimpi.”
“Karena dari
mimpi kita bisa menemukan inspirasi, dari inspirasi bisa dekat dengan ilahi.”
Sambungnya seraya menutup kalimat. Kami pun menyampaikan rasa terima kasih
karena telah bersedia memberikan sedikit waktu yang sangat berharga bagi kami,
untuk diwawancara. Semoga apa yang dituangkan dalam artikel ini dapat menjadi
manfaat, inspirasi, kekuatan bagi kita semua untuk terus semangat dalam
menjalani hidup dan menggapai cita-cita baik itu untuk pembaca, mau pun penulis
sendiri.
Komentar
Posting Komentar